SEMARANG, 13 Oktober 2025 — Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang sukses menggelar Workshop Lomba Visualisasi Warak 2025 untuk membekali puluhan peserta dengan pemahaman mendalam tentang sejarah dan filosofi ikon budaya kota, Warak Ngendog. Workshop yang diselenggarakan di Ruang Teater Gedung Baru Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) ini bertujuan memastikan karya visualisasi yang dihasilkan kaya akan nilai sejarah dan filosofi, bukan hanya sekadar estetika.
Acara yang dibuka tepat pukul 10.00 WIB dan dihadiri oleh puluhan peserta baik secara langsung maupun melalui konferensi daring. Narasumber utama dalam acara ini adalah Bapak Adin Histerya, seorang pemerhati sejarah dan budaya, yang memaparkan secara rinci mengenai bentuk-bentuk historis Warak Ngendog sekaligus menyoroti tantangan dalam menelusuri sejarahnya.
"Tidak ada catatan komprehensif tunggal tentang Warak Ngendog. Yang ada hanyalah kutipan-kutipan yang ditemukan pada buku-buku lama," ungkap Bapak Adin Histerya.
Meskipun demikian, beliau melanjutkan, dari kutipan-kutipan yang ditemukan, ada dua versi populer terkait filosofi dan asal-usul Warak Ngendog yang sering dirujuk. Pertama, asal kata Warak diambil dari bahasa Arab Wara’i, yang bermakna 'suci' atau 'menjaga diri'. Filosofi ini dikaitkan kuat dengan tradisi penyambutan bulan suci Ramadan. Kedua, wujud Warak Ngendog sendiri melambangkan akulturasi budaya tiga etnis di Semarang seperti Tionghoa, Arab, dan Jawa. Akulturasi ini tampak jelas dari perpaduan kepala naga (Tionghoa), badan Buraq/Unta (Arab), dan kaki kambing (Jawa).
Melalui kegiatan ini, Disbudpar Semarang berharap para peserta memiliki dasar pengetahuan yang kuat. Diharapkan, karya visualisasi yang dihasilkan akan menjadi simbol keragaman dan persatuan Kota Semarang yang otentik dan memiliki makna mendalam bagi masyarakat luas.
Penulis : Aulia Puspita
Editor : Miftachul Fattah
No Comments Yet...